Selasa, 15 Maret 2016

SIARAN DI RRI DALAM PROGRAM FORUM DIALOG PSIKOLOGI:



MENJADI ASTRONOT PEREMPUAN BUKAN HAL YANG TABU


Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Karir sebagai astronot adalah karir maskulin sifatnya. Hal ini karena bekerja dalam bidang antariksa membutuhkan berbagai pengetahuan eksakta seperti fisika, kimia dan matematika. Pengetahuan eksakta itu bersifat maskulin karena banyak laki-laki yang menguasai pengetahuan tersebut. Perempuan, sebaliknya, sedikit yang menguasai pengetahuan eksakta. Apakah perempuan lebih bodoh daripada laki-laki? Perempuan dan laki-laki sama saja volume otaknya, sehingga kecerdasannya juga sama saja. Hal yang membedakan keduanya adalah kesempatan. Laki-laki cenderung mendapat kesempatan yang lebih luas daripada perempuan, sehingga pengembangan karirnya menjadi lebih cepat dan luas.


Apa persoalan yang relevan dengan karir maskulin (astronot) tersebut? Berkarir maskulin yaitu menjadi astronot itu sama sekali tidak ada salahnya. Bahkan seseorang yang menjadi astronot tentu sangat senang serta bangga. Hanya orang-orang dengan kualitas unggul saja yang mampu terpilih menjadi astronot. Kualitas unggul itu tidak hanya fisiknya saja tetapi juga kecerdasan dan karakteristik kepribadiannya. Karir maskulin itu menjadi masalah, ketika para orangtua melarang anak-anak perempuannya meniti karir maskulin tersebut. Alasan klasik yang sering dikemukakan oleh para orangtua adalah sulit mendapatkan jodoh, tidak sesuai kodrat, bahkan tabu.

Mengapa karir maskulin seperti astronot itu tabu bagi perempuan? Dalam masyarakat, terutama yang bercorak patriakat, stereotip gender masih berakar kuat. Stereotip gender itu adalah keyakinan yang kaku bahwa seseorang hendaknya berperilaku sesuai dengan peran gendernya. Bila ia perempuan, maka hendaknya ia berperilaku feminin, bila ia laki-laki maka hendaknya ia berperilaku maskulin. Bila ada penyimpangan dari norma gender itu, maka ia akan diasingkan dari masyarakat. Penyimpangan gender itu terjadi ketika seorang perempuan berperilaku maskulin, dan seorang laki-laki berperilaku feminin.

Apa dampak keyakinan yang stereotip gender itu? Keyakinan yang kaku tersebut akan membatasi potensi seseorang. Individu akan terbatas perkembangan potensinya. Ia tidak mampu mengembangkan potensinya pada peran gender lainnya. Laki-laki tidak mampu belajar hal-hal yang feminin sifatnya (misalnya memasak), dan perempuan tidak mampu belajar hal-hal yang maskulin sifatnya (misalnya belajar bela diri taekwondo). Pembatasan potensi itu akan menyebabkan pilihan-pilihan yang ada di masyarakat menjadi terbatas.

Berkaitan dengan karir sebagai astronot, maka bukan suatu hal yang aneh bila anak perempuan bercita-cita menjadi astronot. Justru perempuan didorong untuk melakukan segala hal baik yang bersifat feminin maupun maskulin. Begitu juga dengan laki-laki, ia harus menguasai hal-hal yang bersifat maskulin maupun feminin.


Topik tentang menjadi astronot perempuan adalah topik siaran di RRI pada 9 Februari 2016. Nama siaran ini adalah Forum Dialog Psikologi. Siaran rutin setiap hari Rabu pukul 20.15-21.00 ini merupakan hasil kerja sama Fakultas Psikologi UP45 dengan RRI Kotabaru Yogyakarta. Siaran pada hari Rabu tersebut terasa istimewa karena dihadiri oleh dua nara sumber yang keren yaitu Ibu Norita dan Ibu Tri Manning. Ibu Norita bekerja sebagai konsultan marketing UP45, sehingga tidak heran bila beliau sangat fasih dalam mengemukakan opini dan sikapnya sangat bersahabat. Ibu Tri Manning adalah salah seorang sukarelawan UP45, karena beliau sangat fasih dalam bahasa Inggris. Beliau sering datang ke UP45 untuk mengajarkan percakapan bahasa Inggris pada para mahasiswa.

Keistimewaan kedua dari siaran di RRI ini adalah adanya quiz dan tentu saja ada hadiahnya. Hadiahnya adalah pulsa sebesar Rp. 25.000,-. Pertanyaannya sederhana saja yaitu sebutkan alamat lengkap Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Meskipun sederhana, ternyata masih banyak pendengar yang keliru menyebutkannya. Hal ini terbukti dari membanjirnya SMS yang masuk, namun hanya satu orang saja yang benar. Quiz tersebut sebenarnya menjadi masukan bagi ibu Norita juga karena hanya sedikit pendengar RRI yang dapat menuliskan dengan benar alamat UP45. Diharapkan adanya data tentang kurang pahamnya pendengar tentang alamat UP45, maka pihak marketing dapat membuat strategi jitu untuk memasarkan UP45.

0 komentar:

Posting Komentar