Selasa, 15 Maret 2016

PELAYANAN MASYARAKAT DI TK KAMULAN:



BELAJAR MENGIKUTI PERATURAN PADA ANAK-ANAK TK


Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Mengikuti peraturan adalah perilaku yang hendaknya ditanamkan sejak dini pada anak-anak. Bila perilaku ini gagal ditanamkan pada anak-anak, maka perilaku mereka kelak menjadi sulit dikendalikan. Persoalan yang relevan dengan perilaku mengikuti peraturan itu adalah orangtua sebagai lingkungan sosial terdekat anak, ternyata kurang mampu memberikan contoh perilaku yang baik. Orangtua justru memberikan contoh buruk. Persoalan semacam ini muncul dalam program pelayanan masyarakat di TK Kamulan Yogyakarta.


Apa saja contoh buruk dari orangtua? Orangtua sering menggunakan perangkat elektronik, ketika berada di rumah. Bahkan perilaku itu cenderung menganggap perangkat elektronik seperti candu. Bila tidak memegang alat gadget, maka rasanya ada sesuatu yang hilang. Jadi bila orangtua berinteraksi sosial, maka wajah mereka diarahkan apda gadget bukan pada lawan bicara. Bila hal ini sering terjadi di dalam rumah, maka anak akan belajar dan memperlakukan perangkat elektronik seperti candu.

Bagaimana peran guru di sekolah? Guru di sekolah sering merasa ikut bersalah karena tidak mampu memperbaiki perilaku anak. Padahal guru sudah memeras keringat dan menjalankan berbagai kegiatan kreatif agar anak tidak mencadu gadget. Perhatian guru memang layak diapresiasi, namun perilaku anak tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru. Hal ini karena anak berada di sekolah hanya 3-4 jam saja, sedangkan sisanya anak berada dalam pengawasan orangtua.


Apa saja kegiatan kreatif guru untuk menanamkan perilaku mengikuti peraturan pada anak-anak? Salah satu cara menanamkan perilaku mengikuti peraturan ini adalah dengan memberi pelajaran menggambar di TK. Alat yang digunakan adalah kertas dengan stimulus berupa kotak. Anak-anak diharapkan mampu menggunakan stimulus tersebut dan mengembangkan menjadi suatu bentuk yang bermakna.

Setelah mendampingi beberapa saat, maka dari 11 anak usia 4 tahun hanya sekitar 75% saja yang mampu menggunakan stimulus kotak. Sisanya, mereka menggambar sesuka hati. Bahkan gambar mereka terkesan seperti coretan-coretan saja. Bagi anak-anak yang sudah mampu mengikuti peraturan, maka mereka masih harus dimotivasi terus untuk memenuhi kertas gambar dengan berbagai warna. Sungguh tidak gampang memotivasi anak-anak, karena alasan mereka umumnya adalah merasa lelah. Guru hendaknya terus mendorong tanpa lelah. Konsistensi guru dalam memotivasi, ternyata mampu membuat anak memenuhi kertas gambarnya.

Pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta ini adalah berkat kerja sama dengan TK Kamulan Yogyakarta. Dosen dan mahasiswa Psikologi UP45 pada hari Selasa minggu ke-3 dan ke-4 rutin mengunjungi TK Kamulan Yogyakarta untuk memberi pelajaran menggambar pada anak-anak. Pada kesempatan itu, guru juga berkesempatan untuk berkonsultasi denga dosen tentang strategi menghadapi anak-anak dan orangtua. Kesempatan melayani TK Kamulan kali ini telah dilakukan pada 15 Maret 2016.

Melayani di TK Kamulan Yogyakarta juga bermanfaat bagi para dosen dan mahasiswa Psikologi UP45  untuk secara cepat memahami perkembangan anak-anak. TK Kamulan telah menajdi semacam laboratorium bagi psikologi perkembangan. Di TK Kamulan, mahasiswa dan dosen dapat mengamati secara langsung perilaku anak-anak. Diharapkan setelah lulus kelak, para mahasiswa Psikologi UP45 dapat langsung menerapkan ilmunya. Salah satu peluang kerja adalah dengan menjadi guru TK.

0 komentar:

Posting Komentar